Nah, supaya makin banyak tunanetra Indonesia yang tertarik mencobanya, kali ini penulis sajikan review singkat tiga gadget Android paling aksesibel yang sudah dapat diperoleh di pasar dalam negeri!
Perkembangan sistem operasi open source terbaru besutan Google memang cukup pesat. Ini terbukti dengan banyaknya gadget di pasaran yang sudah mengusung Android. Kebanyakan menggunakan layar sentuh sebagai media komunikasi antar pengguna dan perangkat, dan hanya sedikit yang memakai keyboard fisik layaknya yang dibenamkan RIM pada jagoan andalannya Blackberry.
Hal ini tentu membatasi ruang gerak tunanetra saat hendak membeli perangkat Android, pasalnya mereka membutuhkan keyboard fisik untuk mengoperasikannya, setidaknya ada tombol navigasi untuk menggerakkan menu atau pilihan pada perangkat tersebut.
Namun, karena sifat Android yang open source membuat developer mampu mengembangkan aplikasi dengan biaya yang relatif murah, termasuk aplikasi untuk tunanetra yang kini telah banyak tersedia di Market.
Kalau dihitung-hitung, tunanetra dapat memperoleh gadget aksesibel dengan biaya lebih murah, karena jika mahir, tunanetra cukup membeli gadget Android dan memasang aplikasi pendukung yang disediakan cuma-cuma.
Memang tersedia juga aplikasi berbayar yang harganya sekitar 850 ribuan, namun itu pun masih jauh lebih murah jika dibandingkan dengan aplikasi serupa untuk platform Symbian atau Windows Mobile yang harganya bisa tiga kali lipat lebih besar.
Nah, hal itulah yang mendorong penulis jalan-jalan ke toko gadget dan membeli tiga ponsel Android untuk keperluan review, supaya tunanetra yang ingin mencoba nikmatnya Android tidak kebingungan saat memilih gadget di toko.
Lalu, apa pertimbangan penulis dalam memilih gadget Android yang sesuai bagi tunanetra Indonesia?
- Harga: Penulis berusaha memilih gadget yang paling ekonomis dan menghindari gadget high-end yang harganya terlampau mahal, sehingga "aksesibel" buat kantong dan dompet.
- Hardware: Penulis berusaha memilih produk yang masih dilengkapi keyboard fisik, agar tunanetra Indonesia, baik yang baru mau mencoba atau sudah mahir memakainya, sama-sama dapat merasakan pengalaman ber-Android yang optimal.
- Ketersediaan: Penulis coba mencarikan gadget yang masih lumayan banyak tersedia di pasaran, jadi dapat memudahkan tunanetra untuk memperolehnya.
- Antarmuka: Penulis coba mencarikan gadget yang tampilannya standar, minimal tidak terlalu banyak dipermak. Hal itu karena UI (User Interface) yang dimodifikasi dapat mengganggu kerja aplikasi bantu bagi tunanetra.
1. Acer BeTouch E210
Gadget besutan Acer ini masih tergolong baru, sehingga ketersediaannya masih cukup langka. Namun, penulis beruntung karena berhasil mendapatkannya lewat forum jual beli di Kaskus.
Jika membaca review yang beredar di internet, memang sebagian besar reviewer mengeluhkan soal tampilan serta resolusi yang serba minim. Namun karena gadget ini akan dipakai tunanetra, maka kita kesampingkan saja soal visual!
Nilai plus dari Acer BeTouch E210 terletak pada harganya yang relatif murah. Dengan uang sebesar 1.3 juta, pengguna sudah bisa membawa pulang perangkat Android bernyawa Froyo dengan jantung (prosesor-red) yang berdegup di kisaran 600MHz.
Selain itu, perangkat dengan desain mirip Blackberry ini memiliki keyboard QWERTY yang cukup empuk dan nyaman digunakan, dan style candybar memungkinkan keyboard untuk diposisikan agak renggang sehingga jari-jari tidak berhimpitan saat mengetik.
Tampilan antarmuka Acer BeTouch E210 juga masih menggunakan stock bawaan Froyo, sehingga terjamin tingkat aksesibilitasnya. Tinggal install aplikasi bantu bagi tunanetra, dan gadget pun sudah siap digunakan.
Kelemahannya? Kalau melihat harga yang ditawarkan mungkin Anda tak akan menanyakannya lagi. Ya, spesifikasi hardware yang tergolong minimalis membuat pengoperasian terasa sedikit lambat. Jadi perlu sedikit kesabaran untuk mengoperasikan gadget ini, karena aplikasi bantu tunanetra seperti pembaca layar kadang "terbatuk-batuk" karena kurangnya sokongan memori.
Penulis juga tidak menyarankan gadget ini bagi tunanetra yang hendak menjadikannya sebagai multimedia player, karena kualitas suaranya tergolong standar, dan suara base kurang "nendang." Jadi, suaranya boleh dibilang asbun alias asal bunyi.
2. Samsung Galaxy 551
Kalau tunanetra mau menjajal gadget Android middle-end, penulis menyarankan untuk memilih gadget ini. Dengan kisaran harga 1.9 juta, tunanetra dapat memiliki ponsel dengan gaya slide QWERTY, sangat cocok bagi mereka yang kurang suka bentuk ponsel lebar yang sering makan tempat.
Secara pribadi, penulis paling menyukai desain gadget ini, karena cukup ramping dan dapat dimasukkan ke dalam kantong pakaian. Desain semacam ini yang jarang dimiliki ponsel QWERTY, hanya saja agak sedikit merepotkan kalau harus melakukan slide untuk mengeluarkan keyboardnya.
Meski UI gadget ini dibalut Touchwiz, namun masih cukup aksesibel bagi tunanetra. Timpa saja dengan home screen Eyes-free Shell yang tersedia gratis di Market.
Jeroan ponsel ini pun cukup mumpuni. Saat rekan penulis meminjamnya untuk main Angry Birds RIO, ponsel ini masih mampu beroperasi dengan baik, meskipun pembaca layar yang cukup makan banyak memori tetap aktif.
Sayangnya, tombol-tombol QWERTY yang tersedia kurang menonjol sehingga sulit diraba, dan ukurannya yang terlalu kecil serta letaknya yang berdesak-desakan membuat pengoperasiannya jadi sedikit sulit.
Oh ya, karena letak speaker ada di bagian bawah ponsel, maka saat mengetik, usahakan untuk memposisikan jari tangan -- yang menopang ponsel -- agak ke tengah agar tidak menutupi speaker.
3. Samsung Galaxy Pro
Nah, yang ini bisa jadi pilihan tunanetra yang suka ponsel bergaya QWERTY ala Blackberry. Dengan spesifikasi sedikit lebih tinggi dari Samsung Galaxy 551, tunanetra dapat merasakan pengalaman ber-Android secara sempurna.
Kalau tunanetra ingin mencoba fasilitas touch screen, layar ponsel ini dapat mengakomodasi kebutuhan tersebut dengan baik. Karena lebar, tunanetra dapat dengan leluasa memainkan jari-jarinya di atas layar, termasuk penulis yang sangat menikmati pengoperasian ini dengan dibantu keyboard virtual.
Keyboard QWERTY-nya sendiri sangat nyaman digunakan, karena ukurannya besar, sangat menonjol, dan empuk saat ditekan. Kalau boleh dibandingkan, keyboard QWERTY yang diusung Samsung Galaxy Pro mampu mengalahkan dua gadget di atas.
Kelemahan yang penulis jumpai terletak pada kualitas suaranya yang terlalu nyaring, sehingga agak kurang nyaman di telinga. Selain itu, harganya yang masih tergolong tinggi -- sekitar 2.4 jutaan -- menjadikan ponsel ini berada di urutan terakhir kalau pertimbangan membeli adalah faktor uang.
Kesimpulan
Gadget Android adalah platform yang menawarkan pengalaman baru bagi tunanetra yang ingin menikmati dan memanfaatkan teknologi komunikasi. Hanya saja, karena masih baru dan masih dalam pengembangan, tingkat aksesibilitasnya belum dapat dikatakan sempurna, dan belum dapat disejajarkan dengan tingkat aksesibilitas yang ditawarkan Symbian atau IOS.
Untuk itu, penulis menghimbau pada tunanetra Indonesia dan juga praktisi Android Indonesia untuk terus bereksperimen dan berlatih dengan mengacu pada panduan gadget Android aksesibel yang telah banyak beredar di internet, atau menggunakan referensi tulisan dari penulis yang sudah berbahasa Indonesia.
Mengenai apa-apa saja yang dibutuhkan (aplikasi-red) dapat mengacu pada artikel penulis sebelumnya yang juga ditampilkan detikINET.
Nah, kalau ingin melihat bagaimana ponsel Android dioperasikan oleh tunanetra, silahkan tonton video youtube berikut ini. Penulis coba mendemonstrasikan penggunaan Samsung Galaxy 551, dengan harapan dapat menjadi gambaran bagi tunanetra yang ingin mencobanya.
sumber : detikinet.com
0 Komentar untuk "Review Tiga Ponsel Android Aksesibel"